ABSTRAK
Kondisi geografis Indonesia yang terpisah-pisah menyebabkan kemampuan untuk mengakses informasi dan ilmu pengetahuan di setiap daerah sangat bervariasi. Perpustakaan sebagai salah satu instutusi penyedia informasi memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan peningkatan akses terhadap informasi dan ilmu pengetahuan tersebut. Hal tersebut sangat dimungkinkan dengan adanya teknologi informasi yang pesat. Perpustakaan yang awalnya menyimpan berbagai koleksi dalam bentuk tercetak, sekarang berkembang ke arah perpustakaan digital. Saat ini kondisi perpustakaan di Indonesia masih berdiri sendiri-sendiri. Boleh dikatakan belum ada mekanisme untuk dapat melakukan pemanfaatan sumber daya informasi secara bersama (resource sharing). Beberapa usaha untuk menyatukan informasi melalui pertukaran data sudah dilaksanakan, namun implementasinya terhambat karena perbedaan standar yang digunakan oleh masing-masing perpustakaan. Penelitian ini akan mengkaji suatu model arsitektur yang dapat digunakan untuk menjembati perbedaan-perbedaan standar yang ada di setiap perpustakaan. Model arsitektur ini berbentuk beberapa gateway yang memiliki tugas untuk menterjemahkan query dan dokumen dari berbagai macam standar. Gateway ini selanjutnya membuka service yang dapat diakses oleh pihak lain untuk jika ingin melakukan penelusuran data. Pendekatan yang digunakan dalam merancang model ini terdiri dari mengumpulkan data dari beberapa protokol seperti OAI-PMH, web service dan Z39.50, menerjemahkan query yang berkaitan dengan suatu protokol tertentu kemudian membaca dan menyatukan berbagai macam format metadata yang digunakan di perpustakaan seperti MARC dan Dublin Core. Kinerja dari model ini akan dilihat dari aspek efisiensi, karena kondisi jaringan internet dan intranet di Indonesia belum cukup baik. Dalam penelitian ini, akan diukur efisiensi yang dapat dilakukan jika ditambahkan cache kedalam gateway pertukaran data. Ada dua variasi cache yang digunakan dalam penelitian ini. Variasi terletak pada penggunaan algoritma cosine dan edit distance untuk melakukan operasi pemilihan data dari dalam cache. Hasil dari penggunaan algoritma tersebut akan dibandingkan efisiensinya dan dilihat pengaruhnya terhadap efektifitas hasil pencarian. Untuk mengukur efektifitas model tersebut, digunakan pengukuran precision-recall yang umum digunakan dalam sistem temu kembali informasi. Dari hasil pengujian didapatkan, penggunaan cosine dalam cache akan lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan edit distance. Pada penggunaan cosine dengan treshold 0.4, rata-rata penurunan efektifitas sebesar 2.62% dan dapat menghasilkan kenaikan efisiensi sebesar 13.13%, sedangkan dengan edit distance penurunan efektifitas sebesar 2.62% hanya menaikkan efisiensi sampai 3.03%.
vii + 62 hlm; 3 lamp; 8 gbr; 10 tbl
Bibliografi: 48 (1989 - 2007)
|