ABSTRAK

Saat ini jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mengkhususkan diri dalam membuat atau menjual perangkat lunak yang dirancang untuk pemasaran massal atau untuk pasar khusus (nieche market) di Indonesia semakin bertambah. Penerapan kerangka kerja yang sesuai standar proses perbaikan perangkat lunak diyakini dapat memberikan manfaat yang baik bagi UKM untuk menghasilkan perangkat lunak yang berkualitas sehingga memiliki daya saing di era global. Namun bagi banyak UKM, penerapan kerangka kerja proses perbaikan perangkat lunak dengan organisasi penilai resmi memerlukan pengetahuan mendalam dan menghabiskan banyak biaya dan sumber daya. Sehingga sebagai langkah awal dalam mengukur bagaimana kinerja prosesnya, UKM perlu melakukan penilaian mandiri terhadap proses perangkat lunak yang dijalankan untuk mengetahui wilayah-wilayah mana dari aktivitas dan prosesnya yang bisa dioptimalkan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pemanfaatan kerangka kerja Capability Maturity Model Integration(CMMI) pada UKM dengan studi kasus dua organisasi pengembang skala kecil dan dua organisasi pengembang skala menengah, dan fokus pada 4 area proses level 2. Perbaikan proses perangkat lunak diterapkan dengan menggunakan model CMMI for Development versi 1.2 dengan memanfaatkan Management Information System Interim Maturity Evaluation (MISIME) sebagai alat bantu menilai dan menganalisis tingkat kematangan area proses. Penelitian ini menghasilkan tipikal perbaikan proses dalam area proses Requirement Management, Project Planning, Project Monitoring and Control serta Configuration Management yang dapat diterapkan pada organisasi pengembang skala kecil dan menengah. Penelitian ini juga menemukan bahwa sumber daya menjadi faktor yang mempengaruhi dipenuhi atau tidaknya suatu praktek dalam area proses tertentu.