Maloklusi adalah gejala klinis dimana gigi pada rahang atas dan rahang bawah tidak
terletak pada posisi yang semestinya. Apabila tidak dirawat, maloklusi dapat mengakibatkan
komplikasi pada sistem pencernaan, sakit kepala, dan gangguan penyakit
periodontal. Masalah maloklusi yang melibatkan kelainan gigi, tulang, dan otot
sekitar rahang merupakan kewajiban dokter gigi spesialis ortodonti untuk merawatnya.
Perawatan yang dilakukan melingkupi tindakan pencabutan gigi dan perawatan
tanpa pencabutan gigi yang biasa dilakukan menggunakan kawat gigi. Untuk
mengetahui dengan pasti kasus maloklusi yang dialami oleh pasien, digunakanlah
sebuah metode penilaian bernama indeks PAR (Peer Assessment Rating). Untuk
membantu meringankan tugas dokter spesialis ortodonti yang jumlahnya masih terbatas
di Indonesia (402 dokter spesialis ortodonti se-Indonesia pada tahun 2010
menurut data dari Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi (AFDOGI)), maka dikembangkanlah
sistem penghitungan indeks PAR otomatis menggunakan metode computer
vision pada citra model gigi 2D. Pada penelitian ini, dikembangkan metode
untuk menghitung 2 (dua) buah komponen penilaian indeks PAR, yaitu Jarak Gigit
dan Gigitan Terbuka. Selain itu, dikembangkan pula segmentasi gigi untuk model
gigi terbuka yang akan digunakan untuk menghitung 6 (enam) buah komponen penilaian
lainnya. Hasil penghitungan menggunakan metode computer vision akan
dibandingkan dengan penghitungan secara manual oleh dokter spesialis ortodonti
untuk mengevaluasi tingkat akurasi perhitungan secara otomatis.
|
|