ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi telah merambah ke berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Salah satu wujud pemanfaatan teknologi informasi di bidang pendidikan adalah munculnya e-learning. E-learning telah menjanjikan peningkatan kualitas belajar mengajar. Namun hingga saat ini jumlah institusi perguruan tinggi yang menerapkannya masih sangat sedikit. Sementara itu, penggunaan beberapa sistem informasi yang saat ini sudah diterapkan, masih belum dapat memberi gambaran mengenai sejauh mana kesiapan terhadap implementasi e-learning. Melihat kondisi tersebut, maka dirumuskan metode yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat kesiapan perguruan tinggi terhadap implementasi e-learning. Metode tersebut terdiri dari 4 tingkat kesiapan yaitu: (1) level 1, not ready needs a lot of work; (2) level 2, not ready, needs some work; (3) level 3, ready, but needs a few improvement dan (4) level 4, ready, go ahead. Tingkat kesiapan diperoleh dari kuesioner yang menggunakan 5 skala Likert. Hasil analisis menghasilkan lima faktor-faktor, yaitu policies, technology infrastructure, human resources, financial dan content. Faktor-faktor tersebut diujikan terhadap tiga perguruan tinggi, yaitu Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) dan Universitas Satya Negara Indonesia (USNI). Hasil pengujian diperoleh bahwa UMJ dan USNI berada pada level 3, sedangkan UIN Jakarta berada pada level 4. Hasil analisis berdasarkan karakteristik perguruan tinggi diperoleh bahwa perguruan tinggi dengan status negeri dan memiliki akreditasi yang tinggi cenderung lebih siap dibandingkan dengan perguruan tinggi dengan status swasta dan memiliki akreditasi yang rendah. Berdasarkan faktor yang butuh peningkatan, maka disusun strategi untuk meningkatkan tingkat kesiapan yang terdiri dari, faktor policies, (1) memasukkan rencana penggunaan e-learning dalam rencana strategis organisasi; faktor human resources, (2) meningkatkan kemampuan dalam menggunakan sarana TI; dan (3) mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam berdiskusi dan memberikan pendapat; faktor financial, (4) merencanakan dan mengalokasikan anggaran untuk e-learning dalam jangka pendek dan jangka panjang; dan faktor content, (5) mendigitalisasi semua konten materi perkuliahan.