ABSTRAK
Aplikasi e-business membutuhkan suatu mekanisme pengembangan untuk mengakomodasi perubahan yang cepat dan terus menerus. Prinsip penggunaan kembali perangkat lunak dapat mempercepat pengembangan sistem. Teknik rekayasa perangkat lunak berorientasi obyek sudah menggunakan prinsip ini, namun masih mempunyai keterbatasan (seperti penggunaan kembali yang tidak fleksibel, tingkah laku sistem yang tertanam dalam implementasi, dan adanya ketergantungan konteks). Berawal dari sini kemudian muncul pendekatan Component-Based Software Engineering (CBSE). Tugas akhir ini bertujuan untuk melihat sisi-sisi dimana penggunaan pendekatan CBSE dapat menjadi alternatif yang lebih baik untuk melengkapi kekurangan paradigma berorientasi obyek dalam pegembangan aplikasi e-business. Analisa dilakukan dilihat dari sisi pengembangan aplikasi yang dilakukan pengembang sistem (pengembang sistem dalam CBSE adalah perangkai komponen). Analisa direpresentasikan pada satu rancangan aplikasi e-business. Analisa dimulai dengan melihat pentingnya peranan teknik rakayasa dan metode pengembangan perangkat lunak yang tepat dalam e-business. Analisa dilanjutkan dengan membahas teknik pengembangan perangkat lunak berorientasi obyek dan CBSE. dilihat dari segi pengembangan sistem (arsitektur, teknik penggunaan kembali, psoses, metodologi, darn organisasi), pemodelan yang dilakukan, serta jenis dan penerapan konsep penggunaan kembali. Kemudian dianalisa tentang perbedaan teknik rekayasa perangkat lunak berorientasi obyek tanpa dan dengan pendekatan CBSE (dengan suatu contoh rancangan aplikasi), dilihat dari sisi hal-hal yang dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi business.Lalu disimpulkan di sisi mana saja pendekatan CBSE dapat menjadi alternatif yang lebih baik untuk melengkapi paradigma berorientasi obyek dalam pengembangan aplikasi e-business. Dari analisa didapatkan bahwa aplikasi e-business membutuhkan proses pengembangan dengan perangakaian elemen-elemen, mekanisme yang lebih baik (hemat waktu, tenaga dan biaya) untuk mengatasi perubahan, teknik rekayasa yang mendorong penerapan penggunaan kembali perangkat lunak, dan model organisasi dengan pemisahan peran dengan pengembangan. Tanpa pendekatan CBSE, teknik pengembangan berorientasi obyek memiliki kekurangan, karena prinsip yang digunakan adalah pengembangan dari nol, belum ada prisip plug & paly obyek, tidak ada tingkat abstraksi arsitektur, obyek tidak mudah berevolusi indenpenden, pengujian memakan waktu lama (pengujian perlu dilakukan per unit, ditambah uji integrasi antar-unit), prinsip penggunaan kembali hanya cocok untuk perubahan data dan bukan perusahaan proses, serta tidak adanya pemisahan peran dalam pengembangan. Penggunaan pendekatan CBSE dapat menjadi pendekatan alternatif yang lebih baik, karena pendekatan CBSE menggunakan prinsip perangkaian komponen dalam pengembannya, menerapkan prinsip plug & play komponen, membagi arsitektur dalam tingkatan abstraksi, komponen mudah berevolusi independen, cepat dalam pengujian (hanya uji integrasi antar komponen), prinsip penggunaan kembali dapat dapat diterapkan untuk perubahaan data maupun proses, serta sudah mengakui adanya peran yang berbeda dalam pengembangan (Pengembangan komponen, pengembang sistem, dan perantara komponen). Tetapi pendekatan CBSE juga memiliki kekurangan-kekurangan, seperti belum ada standardisasi komponen yang umum, sulit menentukan komponen yang dibutuhkan, kurangnya komponen dengan sertifikat, deklarasi layanan yang tidak lengkap, dan keterbatasan pengembang merancang sistem
|