Seiring dengan pesatnya pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) dengan jenis dan skala yan berbeda-beda untuk membantu bisnis mencapai tujuannya, disadari pentingnya pengkajian tentang investasi TI karena pemilihan dan penggunaan Ti tidak dapat dilakukan secara sembarangan, terlebih bagi investasi TI yang membutuhkan dana yang relatif besar bagi perusahaan. Pihak manajemen sangat berkepentingan atas hasil pengkajian investasi TI karena hasil pengkajian tersebut dijadikan dasar pertimbangan atas dilakukan atau tidaknya suatu investasi TI pada perusahaan untuk mendukung bisnisnya. Penulisan ini mencoba mempertajam metodologi information economics, suatu model investasi TI berbasis nilai yang diharapkan dapat digunakan sebagai suatu alat bantu bagi pihak manajemen untuk melakukan pengkajian atas layak atau tidaknya suatu investasi TI dilakukan pada suatu perusahaan. Penulisan difokuskan pada bagaimana mempertajam metode information economics dari sisi finansial berdasarkan kelemahan =kelemahan yang dimiliki oleh metode information economics. Tulisan ini mencoba menginterasikan konsep biaya modal dan discounted cash flow yang belum tercakup dalam metode information economics. Setelah membandingkan hasil justifikasi finansial sebuah proyek investasi TI, yaitu Sistem Informasi Pengendali Layanan (SIPL) milik PT. Telekomunikasi Indonesia DIVRE II, yang dilakukan dengan menggunakan metode information economics yang telah dipertajam dan metode information economics tradisional, ditemukan fakta bahwa hasil justifikasi dengan metode information economics biasa ternyata tidak mampu mengidentifikasi beberapa biaya yang seharusnya dihadapi oleh suatu proyek sehingga ada potensi untuk memberikan hasil yang menyesatkan bagi pengambilan keputusan. hasil justifikasi denganm etode information economics tradisional menghasilkan nilai keuntungan proyek sebesar Rp. 6.264.527.000,--, sedangkan nilai keuntungan dengan metode information economics yang dipertajam sebesar Rp. 3.636.525.136
|
|