ABSTRAK
Pengembangan software yang semakin masif ini memunculkan peluang baru berupa
bisnis digital. Bisnis digital merupakan perusahaan yang menggunakan teknologi untuk
menciptakan nilai baru dalam model bisnis, pengalaman pelanggan, dan kemampuan
internal yang mendukung operasi intinya. Perusahaan sebagaimana living organism
memiliki fase kehidupan, salah satunya adalah startup. Fase startup unik karena
perusahaan masih dalam bentuk mencari model bisnis yang tepat. Startup juga identik
dengan membuat pelanggan sebagai pusat operasi, pengembangan produk, dan
pemasaran sehingga startup berlomba menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan
cepat demi memenuhi kebutuhan pengguna yang terus berubah. Melihat fakta tersebut,
startup rentan untuk berubah. Untuk meminimalkan resiko perubahan, startup
dikembangkan dilakukan secara iteratif. Startup memiliki banyak jenis, salah satunya
adalah startup teknologi. Salah satu startup teknologi adalah ChatAja, startup bidang
komunikasi dengan produk instant messaging buatan lokal terbesar di Indonesia.
Sebagai startup, ChatAja dituntut untuk menghasilkan produk dengan kualitas sebesar
99% tanpa kerusakan (crash-free user). Namun, pada Oktober 2020, didapatkan crashfree user di angka 95,89%. Setiap penurunan 1% crash-free user, maka ChatAja
kehilangan 4% pengguna. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa manajemen
pengetahuan dapat menjembatani pengelolaan pelaporan dan penanganan software
defect secara maksimal terutama dalam startup. Penulis memberikan solusi untuk
menciptakan strategi manajemen pengetahuan pengelolaan pelaporan dan penanganan
software defect yang spesifik untuk startup khususnya startup teknologi. Penelitian ini
menghasilkan 4 (empat) KM Processes dan 2 (dua) KM Enablers yang kemudian
diturunkan ke dalam aksi konkrit. KM Process tersebut adalah Knowledge Creation,
Knowledge Storing, Knowledge Sharing, dan Knowledge Utilizing. Sedangkan pada
KM Enabler adalah Technology Infrastructure dan People Competency.
|