ABSTRAK

Supply chain management merupakan aktivitas yang vital dalam mendukung proses produksi mobil di PT. XYZ. Pada laporan finansial fiscal year 2020, dilaporkan bahwa Inventory Turnover Ratio (ITR) di area part impor mengalami nilai yang rendah. Hal ini terjadi dikarenakan faktor eksternal, yakni terbatasnya frekuensi pengiriman part impor dan waktu pengiriman normal yang mencapai 20 hari. Setelah dilakukan FGD, rendahnya nilai ITR pada part impor berakibat meningkatnya nilai biaya pengiriman melalui udara (air freight) dikarenakan banyaknya Emergency order part impor, yang berdampak pada penurunan profit perusahaan. Pada beberapa penelitian sebelumnya, simulasi supply chain yang didukung oleh Big Data dapat melakukan optimasi supply chain dengan cara pengambilan keputusan strategis. Pada penelitian ini telah dilakukan studi terkait model simulasi part impor supply chain menggunakan simulasi kejadian diskrit, serta implementasi big data di PT. XYZ. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dibuat kerangka teoretis yang menghubungkan antara supply chain, Big Data, serta faktor penyebab terjadinya emergency order dalam terciptanya model simulasi dengan What-if analysis. Dalam proses pembuatan model simulasi supply chain, telah dilakukan analisa proses bisnis dan pengumpulan data menggunakan mix method dengan penyebaran kuesioner dan wawancara pakar. Big Data bertugas melakukan pengelolaan data supply chain, mengirimkan summary data berupa inisial stok, perencanaan produksi, dan perencanaan penerimaan barang harian ke dalam model simulasi dengan bantuan Cognos TM-1. Hasil simulasi yang ditampilkan pada Cognos TM-1, dijadikan sebagai referensi data dalam pengambilan keputusan strategik oleh manajemen, yakni dilakukan emergency order, normal order, production rearrangement, atau keputusan lainnya yang berkaitan dengan cost atau bisnis KPI lainnya dari perusahaan. Hasil Evaluasi yang didapatkan, proses data menggunakan big data hanya membutuhkan waktu 15 – 20 menit untuk mendapatkan data summary dengan akurasi 100% untuk data perencanaan produksi dan penerimaan barang, akan tetapi masih terdapat gap sekitar 130-unit mobil pada WIP (Work in Process) yang belum terkalkulasi. Untuk proses what if analysis, dapat dilakukan kurang dari 1 jam untuk mendapatkan keputusan oleh manajemen.