ABSTRAK
Wabah COVID-19 menjadi fenomena global dan memaksa perubahan gaya hidup
masyarakat di seluruh dunia. Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian
Komunikasi dan Informatika membuat upaya percepatan pemulihan wabah
menggunakan aplikasi yang membantu melacak kontak persebaran virus di masyarakat.
Pemulihan nasional membutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, akan
tetapi masyarakat tidak bersedia untuk langsung menerima aplikasi tersebut. Tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis faktor apa saja yang memengaruhi penerimaan
masyarakat Indonesia terhadap aplikasi PeduliLindungi. Penelitian ini dibangun
berdasarkan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang
kemudian dimensinya dipetakan berdasarkan teori Health Belief Model (HBM), serta
privacy calculus sebagai isu yang muncul pada aplikasi pelacakan karena mengambil
data sensitif pengguna. Pemetaan dari dimensi Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif
ke masyarakat Indonesia pada 519 responden yang telah menggunakan aplikasi
PeduliLindungi. Data yang didapat diolah dengan metode Covariance Based Structured
Equation Modeling dengan bantuan piranti lunak AMOS 26.0. Hasil pengolahan data
didapatkan faktor persepsi paparan COVID-19 (perceived susceptibility), persepsi
ancaman (perceived threat), persepsi keuntungan (perceived benefits), persepsi
kemudahan penggunaan (perceived ease of use), kondisi fasilitas (facilitating
conditions), kualitas sistem (system quality), regulasi pemerintah (government
regulation), berpengaruh pada intensi penggunaan (intentions) dan penggunaannya
(actual usage). Penelitian ini berkontribusi dalam konfirmasi teori UTAUT, HBM, dan
privacy calculus dengan menguji faktor yang berpengaruh pada intensi penggunaan
aplikasi. Secara praktis penelitian ini memberikan prioritas apa saja yang perlu
dilakukan oleh para pemangku kepentingan dalam perumusan strategi penanganan
wabah dengan bantuan teknologi sebagai pusat informasi masyarakat.
|