ABSTRAK

PT Telekomunikasi Indonesia meluncurkan sebuah startup dan produk di bidang mobile messenger bernama ChatAja. Pada proses pengembangan perangkat lunaknya, ChatAja memilih untuk menerapkan kerangka kerja Scrum. Namun, masih terdapat berbagai kesalahan seperti sering masuk requirement baru di tengah sprint dan terjadi kesalahpahaman antar tim. Kesalahan tersebut menyebabkan tidak tercapainya target sprint goals sehingga berdampak pada keterlambatan pembuatan fitur dan penanganan bug dalam satu sprint. Jika pencapaian target sprint goals tidak segera ditangani maka mengakibatkan borosnya biaya pengembangan dan kesulitan mengakuisisi pengguna akibat kualitas produk yang belum baik. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan pengukuran tingkat kematangan implementasi Scrum di ChatAja untuk mendapatkan evaluasi dan rekomendasi perbaikan proses pengembangan perangkat lunak. Penelitian ini merupakan mixed-methods research dengan pengumpulan data kuantitatif dari penyebaran kuesioner yang terdiri dari modifikasi Scrum Maturity Model (SMM) dengan Scrum Guide 2017. Kuesioner disebar kepada 70 responden yaitu seluruh role Scrum yang terlibat dalam proses pengembangan perangkat lunak ChatAja. Kuesioner terisi sebanyak 48 responden dan yang valid sebanyak 44 responden. Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara kepada salah satu Product Owner dan ScrumMaster ChatAja untuk melakukan validasi dari kuesioner yang telah diisi dan mendapatkan gambaran lebih jauh dari permasalahan yang dialami. Selanjutnya, data diolah menggunakan Key Process Area (KPA) rating untuk data kuesioner dan analisis tematik untuk data wawancara. Hasil pengukuran tingkat kematangan Scrum menunjukkan bahwa ChatAja berada pada level 1 (Initial). Harapan ChatAja dapat mencapai level 3 (Define) pada SMM untuk memperbaiki praktik-praktik dasar Scrum dan Daily Scrum yang menjadi fundamental mengimplementasikan Scrum. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, terdapat 24 rekomendasi perbaikan diusulkan terhadap 28 praktik yang belum dijalankan dengan baik dan dilakukan validasi agar rekomendasi yang diberikan sesuai dengan kondisi organisasi. Hasil evaluasi dan usulan rekomendasi yang telah tervalidasi tersebut yang menjadi acuan untuk melakukan perbaikan implementasi Scrum di ChatAja, sehingga permasalahan di ChatAja terkait target sprint goals yang tidak tercapai dapat teratasi