ABSTRAK
Potensi penggunaan media sosial bagi desa wisata di era digitalisasi ini sangatlah besar.
Mempertimbangkan besarnya potensi penggunaan tersebut, Kemenparekraf menghimbau
para pengelola desa wisata untuk meningkatkan adaptasi mereka terhadap media sosial.
Namun sangat disayangkan, realitasnya masih banyak pengelola desa wisata yang belum
memiliki kesadaran akan pentingnya hal tersebut. Terbukti dari total 40 desa wisata di
Kabupaten Bogor saja, baru 19 yang diketahui telah memanfaatkan media sosial.
Penyebabnya adalah masih banyak pengelola desa wisata yang resisten. Terlebih lagi,
kebanyakan dari mereka juga belum meyakini betul manfaat dari pengadopsian media
sosial. Jika masalah ini dibiarkan tanpa upaya penyelesaian, maka akan berdampak pada
timbulnya berbagai risiko kerugian jangka panjang, seperti: terhambatnya keberlanjutan
pembangunan desa wisata, hilangnya peluang untuk bertahan dan pulih dari kondisi krisis
pasca Covid-19, tidak mampu berkontribusi maksimal terhadap PDB, serta kehilangan
atensi calon pengunjung sebesar 70% dari kegiatan search dan share. Perlu disusun
rekomendasi strategi yang dapat mempercepat proses pengadopsian media sosial,
khususnya untuk desa-desa wisata di Kabupaten Bogor. Namun, sebelum rekomendasi
strategi dapat disusun, perlu diketahui dahulu faktor-faktor apa saja yang dapat
memengaruhi pengelola desa wisata untuk mengadopsi media sosial serta bagaimana
dampak penggunaannya. Untuk tujuan tersebut, dilaksanakan studi kualitatif dengan
pendekatan studi kasus tunggal embeddeed terhadap delapan desa wisata di Kabupaten
Bogor yang terpilih sebagai unit analisis melalui penerapan teknik maximum variation.
Model penelitian dibangun berdasarkan perspektif multi-teori guna memberikan
pemahaman yang komprehensif tentang pengaruh tiap-tiap faktor adopsi sekaligus
menjamin kredibilitas hasil penelitian. Secara khusus teori adopsi inovasi TOE digunakan
sebagai kerangka kerja menyeluruh, sedangkan indikator di dalamnya dikembangkan
melalui eksplorasi empat teori adopsi inovasi lainnya yaitu DOI, TAM, UTAUT, dan
Institutional Theory. Pengolahan dan analisis data penelitian dilakukan melalui
penerapan tiga tingkat pengodean yaitu terbuka, aksial, dan selektif, dengan bantuan
computer-assisted qualitative data analysis software NVivo 12. Hasil studi memvalidasi
perceived benefit, perceived risk, perceived compatibility, perceived ease of use, cost, top
management support, member capability, financial and IT resources, competitive
pressure, customer pressure, dan social influence sebagai faktor-faktor yang
memengaruhi pengadopsian media sosial. Hasil studi lebih lanjut mengidentifikasi bahwa
penggunaan media sosial tidak hanya memberikan dampak positif berupa manfaat, tetapi
juga bisa membawa dampak negatif berupa risiko. Meski demikian, para pengelola desa
wisata meyakini bahwa manfaat yang dapat diterima jauh lebih besar dan signifikan jika
dibandingkan dengan risiko yang mungkin dihadapinya.
|