ABSTRAK
ABSTRAK
Sifat lingkungan bawah air yang kompleks menjadi sebuah tantangan untuk
analisis citra bawah air. Citra bawah air sering mengalami distorsi warna dan
visibilitas buruk karena penyerapan dan penghamburan. Hal ini menyebabkan
kualitas citra menjadi buruk dan sulit dimengerti, sehingga membuat sistem
analisis citra sulit diterapkan di bawah air. Banyak metode yang telah
dikembangkan untuk mengatasi tantangan ini. Akan tetapi, setiap metode
memiliki keterbatasannya masing-masing. Metode konvensional, seperti metode
berbasis physical dan non-physical, sering kali tidak cukup untuk mencakup
beragam kondisi bawah air. Sementara itu, metode deep learning cenderung
memiliki beban komputasi berat. Metode ini juga berpotensi untuk tidak dapat
beradaptasi pada data yang berbeda karena parameter yang sudah tetap setelah
pelatihan. Untuk mengatasi keterbatasan kedua metode, penelitian ini mengadopsi
pendekatan hybrid GL-Net+CHE yang merupakan model restorasi yang
menggabungkan metode konvensional dan deep learning. Modifikasi dari model
tersebut, Mod GL-Net+CHE, dilakukan pada komponen deep learning. Dari hasil
evaluasi kuantitatif pada data uji UIEB, Mod GL-Net+CHE memperoleh nilai
terbaik dengan SSIM 0.9015, PSNR 21.6835, dan ΔE00 9.4205. Namun,
berdasarkan hasil evaluasi kualitatif pada data UIEB dan uji robustness pada data
UCCS, perbedaan antara model baseline (GL-Net+CHE) dan model modifikasi
(Mod GL-Net+CHE) tidak signifikan. Pada ablation studies, ditemukan bahwa
hasil kuantitatif Mod GL-Net+CHE lebih baik ketika hanya menggunakan
komponen deep learning saja. Akan tetapi, observasi dari beberapa sampel
menunjukkan bahwa hasil kuantitatif tidak selalu merefleksikan hasil kualitatif.
Hingga saat ini, membandingkan performa model restorasi dan mengukur kualitas
citra masih menjadi tantangan.
Kata kunci: deep learning, metode gabungan, restorasi citra bawah air
|