ABSTRAK
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu penopang
pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang sangat besar. Pada tahun 2022 angka kontribusi
UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia mencapai angka 60,5% dan
memberikan angka sebesar 96,9% terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurut survei
yang dilakukan oleh databoks, Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara
dengan jumlah UMKM terbanyak di ASEAN dengan total UMKM sebanyak 65,5 juta
unit. Dengan jumlah UMKM sebanyak itu, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan
ekonomi digital senilai USD 124 miliar di tahun 2025. Dengan potensi tersebut, Presiden
Joko Widodo menargetkan ada 30 juta pelaku UMKM masuk ke dalam ekosistem digital
pada tahun 2023. Namun, menurut hasil survei yang dilakukan oleh lembaga APJII, pada
tahun 2022 UMKM yang memiliki akun penjualan pada e-marketplace baru menyentuh
angka 26,58%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kultur
nasional dan organisasi yang memengaruhi adopsi e-marketplace oleh UMKM.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif didukung oleh
kuesioner yang terdiri dari faktor kultur Hofstede dan Denison. Survei dilakukan kepada
200 responden pengguna aplikasi e-marketplace dan pemilik UMKM. Data diolah
dengan bantuan tools SmartPLS 4 dan menggunakan metode Partial Least Squares –
Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
kultural yang memengaruhi adopsi e-marketplace oleh UMKM adalah faktor Masculinity
(MA), Uncertainty Avoidance (UA), Long-Term Orientation (LTO), Individualism (ID),
Involvement (IN), Consistency (CO), dan Adaptability (AD). Manfaat dari penelitian yang
dilakukan adalah untuk dijadikan sebagai bahan referensi bagi para penyedia layanan emarketplace agar dapat melakukan pengembangan aplikasi sesuai dengan kultur atau
budaya yang ada di wilayah tertentu.
|