ABSTRAK
Nama : Della Maulidiya
Program Studi : Doktor Ilmu Komputer
Judul : Model Kematangan Lingkungan Belajar Cerdas Berbasis CMMI V2.0 untuk
Perguruan Tinggi di Indonesia
Pembimbing : Prof. Harry Budi Santoso, S.Kom., M.Kom., Ph.D.,
Prof. Ir. Zainal Arifin Hasibuan, MLS., Ph.D.,
Ketersediaan teknologi di bidang pendidikan mendorong perubahan menuju lingkungan belajar
cerdas (smart learning environment/SLE). Meski teknologi terbukti dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, akan tetapi risiko kemubaziran investasi teknologi dan kesenjangan digital masih
ada. Keberhasilan integrasi teknologi tergantung pada desain sistematis lingkungan belajar dari
perencanaan hingga evaluasi. Model kematangan diusulkan sebagai solusi dengan menyediakan
prosedur sistematis untuk menilai dan merekomendasikan perbaikan pada SLE.
Penelitian ini mengadopsi prosedur pengembangan model kematangan dan end-to-end life cycle
automation system untuk mengembangkan model penilaian kematangan yang dinamakan MMSLE.
Pendekatan bottom-up digunakan untuk mengonstruksi dimensi, faktor dan level
kematangan dengan menerapkan metode-metode pemrosesan teks yaitu systematic literature
review, topic modelling, bibliometric analysis, facet analysis dan quotation analysis. Pendekatan
top-down digunakan untuk mengadopsi arsitektur CMMI V2.0, analisis perbandingan terhadap
sembilan model kematangan di bidang pendidikan dan sebelas instrumen pengukuran lingkungan
belajar.
MM-SLE terdiri atas lima dimensi (Educational Infrastructure, Educational Management,
Pedagogical Services, Student Potential, dan Teacher Competencies), 19 faktor, dan 267
indikator kematangan. Setiap indikator dinyatakan sebagai praktik terbaik yang diharapkan
tersedia untuk suatu level kematangan yang saling membangun dan tidak dapat dilewati. Lima
level kematangan lingkungan belajar dari level 1-5 yaitu Sufficiently digitized, Technologyenhanced,
Transformative, Optimizing adaptive and personalization, dan Automaticallyenhanced.
Model dan instrumen telah dievaluasi oleh 11 pakar dan nilai inter-rater reliability
menunjukkan para penilai cukup sepakat bahwa model dan instrumen telah memenuhi kriteria
evaluasi. Metode Best-Worst digunakan untuk pembobotan setiap dimensi dan faktor. Skor
kematangan SLE dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian bobot dimensi dan nilai
kematangan dimensinya, yang diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian bobot faktor dan nilai
kematangan setiap faktor dalam dimensi tersebut, dari rata-rata skor faktor seluruh responden.
Instrumen penilaian kematangan dikembangkan dalam bentuk self-assessment dengan jenis
peryataan Ya/Tidak. Instrumen diimplementasikan sebagai purwarupa berbasis web dan
dinamakan aplikasi “MaturitySLE”. Aplikasi tersebut secara otomatis memvisualisasikan nilai
dan level kematangan menggunakan spider diagram. Purwarupa telah diuji di lima perguruan
tinggi di Indonesia dengan melibatkan 141 responden. Skor rata-rata System Usability Scale
(SUS) sebesar 71,53 artinya penggunaan aplikasi dapat diterima pengguna. Di masa depan,
penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi efektivitas SLE terhadap keterlibatan dan hasil
belajar peserta didik di beragam lingkungan belajar, dengan mempertimbangkan aspek etis dan
skalabilitas instrumen.
Kata kunci: perguruan tinggi, CMMI V2.0, pembobotan penilaian kematangan, model kematangan,
lingkungan belajar cerdas, integrasi teknologi dan pedagogi
|