Pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia telah meningkat secara signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Nilai transaksi di sektor e-commerce di Indonesia diproyeksikan
akan tumbuh sekitar 115%. Respons cepat terhadap keluhan pelanggan di platform digital
menjadi krusial dalam mempertahankan kepercayaan dan loyalitas pelanggan di tengah
persaingan yang ketat. Salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan adalah
pendekatan multi-channel, di mana media sosial berperan penting. Namun, penggunaan
media sosial sebagai saluran komplain menghadapi tantangan dalam membedakan
keluhan yang sebenarnya dari noise yang tidak relevan. Saat ini, PT XYZ mengalami
kesulitan dalam mengidentifikasi secara akurat interaksi mana yang memerlukan
penanganan khusus dan mana yang tidak. Sistem yang ada saat ini mengharuskan tim
khusus melakukan penyaringan secara manual. Metode ini menyebabkan tim tidak dapat
mengimbangi saat terjadi peningkatan volume interaksi yang pesat. Akibatnya, waktu
respon menjadi lebih lambat hingga 20%. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
performa model berbasis klasifikasi yang dapat dimanfaatkan serta menyusun
rekomendasi dalam upaya meningkatkan skalabilitas untuk mengatasi tantangan tersebut.
Desain penelitian ini menggunakan metode experimental research, di mana data yang
diolah berasal dari interaksi pelanggan di media sosial dari rentang waktu tertentu. Dalam
pengembangan model klasifikasi, digunakan beberapa metode meliputi Random Forest
(RF), Support Vector Machine (SVM), Neural Network (NN), dan XGBoost
menggunakan TF-IDF sebagai metode ekstraksi fitur, serta menggunakan BERT untuk
ekstraksi fitur hingga klasifikasi. Pemodelan interaksi pelanggan dilakukan sebanyak
lima kali dengan pengaturan k-fold cross-validation untuk menghindari bias. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa dari persebaran data interaksi yang terdiri terdapat
6.220 keluhan dan 4.572 bukan keluhan. Akun sosial media perusahaan yang dikhususkan
sebagai saluran komplain terbukti menjadi saluran yang efektif untuk menangani keluhan
pelanggan, sementara akun yang bersifat umum lebih sering digunakan untuk interaksi
yang lebih luas yang tidak terkait dengan keluhan. Tipe keluhan juga teridentifikasi
bahwa keluhan yang berkaitan dengan logistik mendominasi, mencakup isu-isu seperti
keterlambatan pengiriman, serta pelayanan dari kurir atau ekspedisi. Model klasifikasi
terbaik yang berhasil dikembangkan menggunakan BERT dengan indobert-p1 mencapai
F1-score sebesar 98,3%. Implementasi model ini berpotensi mengurangi beban pekerjaan
hingga 97,58% dan menghasilkan ROI sebesar 23,52 kali. Dengan pengurangan beban
pekerjaan ini, perusahaan dapat mengurangi jumlah headcount yang dibutuhkan untuk
proses klasifikasi manual menjadi hanya 1 orang.
|
|