ABSTRAK

Keberhasilan sebuah organisasi pengembang piranti lunak dalam mengelola poryek piranti lunak selain harus menguasai aspek teknis dan metodologi pengembangan piranti lunak, juga diperlukan suatu tingkat kematangan (Capability Maturity) dalam pengembangkan produk piranti lunak tersebut. Software Engineering Institute telah mengembangkan Model TIngkat Kematangan (Capability Maturity Model) sebagai kernagka kerja acuan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengembangkan piranti lunak secara bersikenambungan . Dalam lingkungan bisnis untuk mendapatkan pengakuan secara formal terhadap jaminan kualitas dari produk piranti lunak yang dihasilkan oleh suatu organisassi, bila organisasi tersebut menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9000 dan telah berhasil memperoleh sertifikasinya, sebagai tanda bahwaorganisasi tersebut memiiliki perhatian pada peningkatan proses dan kualitas pada produk yang dihasilkan. Tujuan dari proyek akhir ini adalah untuk membuat suatu strategi danlangkah-langkah yang harus dilakukan oleh organisasi untuk mencapai tingkat kematangan khusus tingkat kedua dari Model Tingkat Kematangan sebagai jalan untuk mencapai bakuan ISO 9001. Studi kasus dilakaukan di PT. Widia Raharja Informatika (PT.WRI) sebagai sebuah perusahaan pengembanga piranti lunak. Dengan melakukan evaluasi terhadap keadaan cara kerja PT WRI yang ada sekarang, dan berdasarkan model tingkat kemataa, ditentukan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh organisasi untuk mencapai tingkat kematangan khusus tingkat kedua dari Model Tingkat Kematangan sebagai jalan untuk mencapai bakuan ISO 9001. Studi kasus dilakukan di PT. Widia Raharja Informatika (PT.WRI) sebagai sbuah perusahaan pengembang piranti lunak. Dengan melakukan evaluasi terhadap keadaand an cara kerja aPT WRI yang ada sekarang, dan berdasarkan model tingkat kematangan, ditentukan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tingkat kedua dari model tersebut dan juga pemenuhan terhadap klausula-klausula yang ditetapkan ISO 9001. Walaupun sebagian besar dari klausula ISO 9001 sudah tercakup dengan menerapkan tingkat kedua dari model tingkat kematangan, tetapi masih terdapat tiga klausula yang belum terpenuhi yaitu klausula 4.10 inspeksi dan pengujian, klausula 4.11 inspeksi, pengukuran dan pengujian peralatan , dan klausula 5.29 pelayanan. Untuk memenuhi ketiga klausula tersebut dapat dilakukan perencanaan, pembuatan prosedur yang berkaitan dengan aktifitas yang disyaratkan oleh klausula tersebut, dan pendokumentasian yang baik. Sekiranya tesisi ini dapt dijadikan awal untuk pembuatan pedoman umum bagi organisasi pengembang piranti lunak yang akan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9000 melalui pendekatan model tingkat kematangan.