Semenjak masa tahun 1990-an telah banyak bermunculan berbagai macam metodologi pengembangan perangkat lunak yang tangkas, yang kemudian disebut dengan metodologi tangkas. Munculnya metodologi tangkas ini adalah sebagai jawaban dari banyaknya kegagalan metodologi berat pada masa sebelumnya dalam mengantisipasi perubahan kebutuhan. Capability Maturity Model (CMM) adalah suatu model yang menggambarkan atribut-atribut apa yang harus dipenuhi oleh organisasi pengembang perngkat lunak agar mencapai standar tingkat kematangan tertentu. Dalam setiap tingkat terdapat Area Proses Kunci (APK) yang harus dipenuhi agar suatu organisasi dianggap berada dalam tingkat tersebut. Dalam tesis ini akan dilakukan studi intensif seberapa jauh suatu metodologi tangkas yang diterapkan dalam suatu organisasi dapat memenuhi Area Proses Kunci dalam setiap tingkat CMM. Ada banyak metodologi tangkas, namun dalam tesis ini dipilih tiga metodologi dengan kriteria adanya sumber yang komprehensif yang menjelaskan mengenai metodologi tangkas tersebut dan banyaknya pengguna metodologi tangkas tersebut. Metodologi tangkas yang dipilih untuk dikaji dalam tesis ini adalah XP, Scrum, dan DSDM. Hasil yang diharapkan dari tesis ini adalah adanya suatu tabel pemenuhan APAK dalam setiap tingkat CMM oleh beberapa metodologi tangkas yang dikaji dalam tesis ini.