Library Automation and Digital Archive
LONTAR
Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Indonesia

Pencarian Sederhana

Find Similar Add to Favorite

Call Number Dis-28 (Softcopy Dis-19)
Collection Type Disertasi
Title Metode requirements recovery dan rekonstruksi requirements dari perangkat lunak jadi dengan basis end-to-end interaction
Author Elviawaty Muisa Zamzami;
Publisher Depok: Fakultas Ilmu Komputer, 2013
Subject
Location
Lokasi : Perpustakaan Fakultas Ilmu Komputer
Nomor Panggil ID Koleksi Status
Dis-28 (Softcopy Dis-19) TERSEDIA
Tidak ada review pada koleksi ini: 41096
Requirements merupakan salah satu kunci sukses software engineering dan software reengineering. Pengembangan perangkat lunak tanpa memperhatikan requirements dapat menjadikan perangkat lunak sebagai produk yang sia-sia. Untuk kepentingan rekayasa ulang dan pemeliharaan perangkat lunak, requirements dimuat dalam dokumen requirements. Dengan demikian, sebuah perangkat lunak seharusnya dilengkapi dengan dokumen requirements yang sesuai dengan keadaan perangkat lunak. Dokumen requirements terkadang tidak sesuai terhadap perangkat lunak jadi (existing software). Ketidaksesuaian dokumen requirements antara lain karena perubahan perangkat lunak tidak disertai dengan perubahan dokumen requirements-nya. Menurut hasil riset Lethbridge, dokumen yang paling jarang dilakukan perubahan adalah dokumen requirements meskipun perangkat lunak telah mengalami perubahan. Ketidaksesuaian atau ketiadaan dokumen requirements, menyebabkan kehilangan informasi terkini tentang requirements perangkat lunak jadi. Keadaan ini menyebabkan diperlukan usaha untuk memperoleh kembali requirements (requirements recovery) dari perangkat lunak. Requirements recovery dapat dilakukan dengan proses reverse engineering. Fahmi dan Choi mengemukakan bahwa requirements recovery dari perangkat lunak berperan dalam memastikan pemahaman lebih baik tentang requirements yang redundan, requirements yang harus dipertahankan, dan requirements yang dapat digunakan kembali. Pentingnya peranan requirements menjadikan requirements recovery sebagai riset penting dalam area reverse engineering. Namun, masih sedikit riset terhadap requirements recovery. Dengan pertimbangan kepentingan dan minimnya riset requirements recovery, maka periset melakukan riset di area riset requirements recovery. Pada riset ini diusulkan metode untuk memperoleh kembali requirements (requirements recovery) dengan berbasis pada end-to-end (E-E) interaction antara pengguna dan perangkat lunak, serta merekonstruksi requirements tersebut (requirements reconstruction) menjadi model ontologi sebagai dokumen requirements. Metode diusulkan tersebut diberi nama metode R3 (Requirements Recovery and Reconstruction). Metode R3 menggunakan model ontologi R3 (Requirements Recovery and Reconstruction), mencakup model ontologi WIMPUI, model ontologi USI, dan model ontologi R2UC. Model ontologi WIMP-UI (Window Icon Menu Pointer – User Interface) memodelkan antarmuka windowing perangkat lunak. Model ontologi USI (User Software Interaction) memodelkan interaksi antara pengguna dan perangkat lunak. Pada metode R3, dilakukan penggabungan model ontologi WIMP-UI dan USI untuk menangkap makna pada kehadiran E-E interaction. Model ontologi R2UC (Requirements Representation with Use Case) mendokumentasikan requirements dari perangkat lunak jadi. Metode R3 terdiri dari serangkaian aktivitas yang merujuk pada aktivitas requirements engineering. Pada metode R3, sebagai aktivitas awal adalah mendeskripsikan domain. Selanjutnya adalah mengenali end-to-end interaction (EE interaction) yang ada pada perangkat lunak. Pada E-E interaction tersebut dilakukan observasi elemen yang terlibat pada E-E interaction yaitu antarmuka, pengguna, dan interaksi. Hasil observasi tersebut ditransformasikan kedalam model ontologi penggabungan WIMP-UI dan USI. Dari model ontologi WIMP-UI dan USI dilakukan elisitasi goal perangkat lunak. Selanjutnya dilakukan perolehan vii Universitas Indonesia alternate use case model. Akhirnya, requirements ditransformasikan kedalam model ontologi R2UC sebagai dokumen requirements. Untuk membangun model ontologi digunakan OWL-DL sebagai bahasa ontologi, Protégé sebagai editor tools, Pellet sebagai reasoner, Prompt sebagai merger tools, dan OWLViz sebagai perangkat visualisasi. Metode R3 menawarkan kelebihan pada sumber requirements hanya berupa EE interaction. E-E interaction diperoleh dengan menjalankan perangkat lunak jadi. Metode R3 juga menawarkan kelebihan lainnya yang timbul dari penggunaan model ontologi, antara lain dapat membangkitkan desain dalam kode tertentu, serta lebih mudah untuk pengembangan ontologi. Metode R3 telah diuji coba dengan serangkaian eksperimen terhadap perangkat lunak SiMitra, SIAK-NG, dan EDOM. Eksperimen melibatkan tiga (3) lulusan baru S1 (semester genap T.A.2011/2012) dari Fakultas Ilmu Komputer UI sebagai observer untuk melakukan elisitasi E-E interaction dan mentransformasikannya kedalam ontologi gabungan WIMP-UI dan USI. Hasil eksperimen SiMitra divalidasi menggunakan komparasi dokumen requirements miliknya, hasil eksperimen SIAK-NG divalidasi menggunakan komparasi manual pengguna miliknya, serta survei terhadap responden dilakukan pada hasil eksperimen SIAK-NG dan EDOM. Responden yang terlibat dalam survei adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia pada jenjang S1, S2, dan S3 sebagai peserta mata kuliah Metode Penelitian (semester genap T.A. 2012/2013). Dilakukan pengelompokan responden berdasarkan kelas sehingga terdapat 2 kelompok responden untuk S1, dan 2 kelompok untuk kelas S2. Responden dari S3 masuk kedalam kelompok S2, karena responden S3 memang tergabung dengan responden S2 pada perkuliahan tersebut. Total jumlah responden adalah 119 orang. Hasil komparasi requirements yang diperoleh terhadap dokumen requirements milik perangkat lunak menunjukkan bahwa semua requirements tersebut benar ditemukan pada dokumen requirements. Demikian pula komparasi fitur yang diperoleh terhadap manual pengguna, hasilnya menunjukkan fitur tersebut dimuat pada manual pengguna. Hasil survei yang dilakukan dalam kelompok responden dan keseluruhan responden menunjukkan bahwa semua fitur yang dimuat dalam kuesioner benar ditemukan dalam perangkat lunak. Dengan demikian, validasi yang dilakukan dengan cara komparasi dokumen ataupun cara survei memberikan hasil yang konsisten; yakni requirements dan fitur yang diperoleh dengan penggunaan metode R3 benar ditemukan pada perangkat lunak. Dengan demikian, metode R3 dapat digunakan untuk memperoleh kembali requirements dari perangkat lunak jadi dengan berbasis pada E-E interaction. Metode ini dapat merekonstruksi requirements menjadi ‘dokumen’ requirements yang sesuai dengan perangkat lunak jadi sehingga dapat digunakan dalam software reengineering dan pemeliharaan perangkat lunak (software engineering). Metode ini juga dapat digunakan untuk memeriksa keterkinian manual pengguna perangkat lunak.