Tidak ada review pada koleksi ini: 41837
E-Learningmelibatkanproses yang sangatrumit dan harus dirancangagar dapatmemfasilitasipeserta
didikuntukmencapaitujuan pembelajarannya. Banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik dalam e-Learning, seperti gaya belajar, motivasi, kemampuan pengetahuan, dan lain-lain. Hal ini, terungkap dari beberapa penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa faktor gaya belajar, motivasi, dan kemampuan pengetahuan peserta didik yang beragam dapat difasilitasi dalam e-Learning. Hanya saja faktor-faktor tersebut, belum dilihat secara menyeluruh
dalam proses e-Learning. Sementara itu, hasil studi pendahuluan dari penelitian ini,menunjukkan adanya indikasi keterkaitan antar faktorgaya belajar dan motivasi terhadap kemampuan pengetahuan (Triple-Factor) dalam proses e-Learning, yang disebut sebagai inherent structure. Dalam rangka mengkaji keterkaitan ketiga faktor tersebut, diusulkan suatu pendekatan tipe belajar Triple-Factor dalam proses e-Learning. Pendekatan ini diperoleh berdasarkan analisis dan interpretasi kebutuhan daridua mata kuliah yang dijadikan
sampel, selama 4 semester dan melibatkan 360 mahasiswa.
Pendekatan tipe belajar Triple-Factorini terbentuk dari tiga komponen, yaitu: (1) Aktivitas dan Evaluasi Hasil Pembelajaran, (2) Identifikasi Triple-Factor, dan (3) Tipe Belajar Triple-Factor. Aktivitas dan Evaluasi Hasil pembelajaransebagai komponen yang
berfungsi untuk mendapatkan: aktivitas pembelajaran, forum diskusi, dan evaluasi hasil pembelajaran. Identifikasi Triple-Factorsebagai komponen yang berfungsi untuk mengidentifikasi karakteristik gaya belajar, motivasi, dan kemampuan pengetahuan. Karakteristik gaya belajar yang diperoleh terdiri dari: gaya belajar suka-suka, disiplin, dan rajin. Karakteristik motivasi yang diperoleh terdiri dari motivasi rendah, sedang dan
tinggi. Karakteristik kemampuan pengetahuan yang diperoleh terdiri dari kemampuan pengetahuan gagal, cukup, baik, dan sangat baik. Tipe Belajar Triple-Factor sebagai komponen yang berfungsi dalam menentukan tipe belajar. Hasil analisis menghasilkan sebanyak 36 tipe belajar yang terdiri dari: 16 tipe
belajar optimal, dan 20 tipe belajar tidak optimal. Tipe belajar optimal adalah tipe yang memiliki kemampuan pengetahuan baik atau sangat baik terlepas dari gaya belajar dan motivasinya. Sedangkan tipe belajar tidak optimal adalah tipe yang memiliki kemampuan pengetahuan yang cukup atau gagal, terlepas dari gaya belajar dan motivasinya. Tipe belajar tidak optimal ini juga sudah mencakup dua tipe belajar yang outlier, yaitu tipe
belajar yang memiliki kemampuan pengetahuan sangat baik, tetapi gaya belajarnya sukasuka atau disiplin, dan motivasinya rendah. Ke 36 tipe belajar yang diperoleh, di uji cobakan terhadap mata kuliah Penulisan Ilmiah yang melibatkan 118 mahasiswa selama satu semester. Uji coba dilakukan dengan
membagi dua tahapan: tahapan pertama, tanpa menggunakan rekomendasi dan personalisasi pembelajaran, tahapan kedua menggunakan rekomendasi dan personalisasi pembelajaran. Hasil uji coba dari kedua tahapan tersebut adalah: (1) Komponen
“Aktivitas dan Evaluasi Hasil Pembelajaran” pada tahapan kedua, menunjukkan peningkatan signifikan pada aktivitas pembelajaran (0.007<0.05) dan forum diskusi (0.006<0.05). Sementara itu hasil pembelajaran (0.227>0.05) juga terjadi peningkatan, tetapi tidak signifikan; (2) Komponen “Identifikasi Triple-Factor” pada tahapan kedua menunjukkan bahwa: gaya belajar suka-suka dan disiplin menurun dari 72.1% menjadi 67.0%, berbeda dengan gaya belajar rajin meningkat dari 27.9% menjadi 33.0%. Motivasi tinggi cenderung meningkat 33.9% menjadi 50.0%, berbeda dengan motivasi rendah dan sedang mengalami penurunan dari 66.1% menjadi 50.0%. Sementara itu kemampuan pengetahuan baik dan sangat baik meningkat dari 48.3% menjadi 58.5%, berbeda dengan kemampuan pengetahuan gagal dan cukup menurun dari 51.7% menjadi 41.5%; dan (3) Komponen “Tipe Belajar Triple-Factor” pada tahapan kedua menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah tipe belajar yang optimal sebesar 10.17%, dan berkurangnya tipe belajar yang tidak optimal sebesar 10.17%. Dengan demikian, hasil uji coba, menunjukkan komponen “Pendekatan Tipe Belajar Triple-Factor dalam Proses e-
Learning” terbukti dapat berfungsi untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran melalui rekomendasi dan personalisasi pembelajaran. Dalam rangka memastikan hasil uji coba yang diperoleh, dilakukan perbandingan antara data sampel matakuliah dengan hasil uji coba tahapan kedua. Sampe mata kuliah tanpa menggunakan rekomendasi dan personalisasi pembelajaran, tahapan kedua menggunakan rekomendasi dan personalisasi pembelajaran. Hasil uji coba dari kedua tahapan tersebut adalah:(1) Komponen “Aktivitas dan Evaluasi Hasil Pembelajaran” pada tahapan kedua, menunjukkan peningkatan rata-rata aktivitas pembelajaran 2.2 menjadi 3.6 dan aktivitas forum diskusi 3.4 menjadi 8.2. Sementara itu hasil pembelajaran nilai akhir 0-80, menurun dari 51.7% menjadi 41.5% . Hasil pembelajaran ini berbeda dengan nilai akhir 81-100, meningkat dari 48.3% menjadi 58.5%. (2) Komponen “Identifikasi Triple-Factor” pada tahap kedua menunjukkan bahwa: gaya belajar suka-suka dan disiplin cenderung sama 67.0%, dan rajin juga cenderung sama 33.0%. Motivasi tinggi cenderung meningkat 40.6% menjadi 50.0%, berbeda dengan motivasi rendah dan
sedang mengalami penurunan dari 59.4% menjadi 50.0%. Sementara itu kemampuan pengetahuan baik dan sangat baik meningkat dari 54.7% menjadi 58.5%, berbeda dengan kemampuan pengetahuan gagal dan cukup menurun dari 45.3% menjadi 41.5%; dan (3) Komponen “Tipe Belajar Triple-Factor” pada tahapan kedua menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah tipe belajar yang optimal sebesar 3.7%, dan berkurangnya tipe
belajar yang tidak optimal sebesar 3.7%. Dengan demikian, perbandingan sampel matakuliah dengan uji coba tahapan kedua, juga menunjukkan komponen “Pendekatan Tipe Belajar Triple-Factor dalam Proses e-Learning” terbukti dapat berfungsi untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran melalui rekomendasi dan personalisasi pembelajaran. Hasil kajian ini memberikan pemahaman faktor gaya belajar, motivasi, dan
kemampuan pengetahuan peserta didik yang beragam dapat difasilitasi melalui pendekatan otomatisasi dalam proses e-Learning. Pendekatan otomatisasi ini dapat digunakan untuk mendukung “Tipe Belajar Triple-Factor Dalam Proses e-Learning”. Sehingga dapat dijadikan basis rekomendasi dan personalisasi pembelajaran dalam mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran.